• 0741-5911449
  • info@setarajambi.org
  • Mayang, Komplek Kehutanan, Jambi
Karet
REALITA PETANI KARET SWADAYA….

REALITA PETANI KARET SWADAYA….

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, luas perkebunan karet di Indonesia sebesar 3,83 juta hektare (ha) pada 2022 sedangkan Tahun 2022 tercatat luas perkebunan karet rakyat di provinsi jambi sebesar 657.387 Ha. Komoditas yang dahulunnya merupakan sektor unggulan di bidang perkebunan saat ini telah mengalami penurunan minat dari petani dibandingkan sektor lain seperti sawit.

Lantas apa yang membuat sektor pertanian karet saat ini menurun ??

Banyaknya faktor tidak dapat dipungkiri yang membuat lahan-lahan karet digantikan oleh tanaman lainnya ataupun minat bertaninya pada karet saat ini tidak sebesar dulu.

Salah satu yang banyak terjadi pada petani swadaya adalah varietas/klon karet saat ini yang digunakan petani swadaya merupakan varietas/klon hutan atau bisa dikatakan merupakan bibit cabutan yang tumbuh dari buah karet(Klatak) yang tidak sengaja tumbuh lalu di tanam oleh petani. Dari jenis klon yang tidak bagus ini petani berharap mendapatkan hasil getah yang banyak tetapi bisa dikatakan penggunaan klon yang tidak bagus tidak menjamin hasil getah yang banyak.

Selanjutnya yang mungkin menjadi faktor penting adalah pengetahuan dari petani swadaya itu sendiri terhadap tanaman karet yang mereka miliki. Perawatan tanaman, hama dan penyakit, cara penyadapan yang benar serta manajemen panel panen yang baik, informasi ini yang membuat petani karet swadaya tidak optimal mendapatkan hasil dari tanaman mereka. Banyak petani swadaya yang menunggu karet bisa produksi selama 6-8 tahun dan dengan kurangnya pengetahuan manajemen panel panen sehingga hanya dapat mendapatkan hasil selama 5 tahun masa penyadapan yang harusnya tanaman karet dapat di produksi sampe 30 tahun, dari realita dilapangan banyak petani yang lebih lama menunggu tanaman dapat di panen dari pada masa produksi tanaman tersebut.

Banyak juga petani swadaya yang tidak sabar atau salah dalam melakukan proses produksi. Dalam anggapan petani semakin banyak kulit karet di lukai maka akan semakin banyak getah yang keluar atau membuat manajemen panel semakin panjang, melingkar bahkan membentuk huruf V yang dikira petani swadaya akan membuat getah yang dihasilkan semakin banyak sebenarnya itu semua tidak akan bisa mendapatkan getah yang banyak. Tetapi bagaimana kedalaman sadapan, arah sadapan yang hanya dari kiri atas ke kanan bawah dan kemiringan sadapan yang harusnya 35® itu yang bisa mengoptimalkan getah yang keluar.  apabila petani swadaya mengetahui semua informasi terkait teknis panen, perawatan tanaman maka petani bisa lebih menikmati hasil karet yang optimal lebih lama.

Diluar penggunaan klon yang kurang baik dan kurangnya pengetahuan petani dalam teknis perawatan dan produksi yang juga menjadi kendala petani karet swadaya tidak lain hama dan penyakit karet yang banyak tersebar di perkebunan. Penanganan hama dan penyakit ini juga tidak terlalu serius di lakukan oleh petani swadaya karena terbatasnya informasi serta penanganan yang memerlukan biaya yang tidak sedikit sehingga banyak petani yang tidak terlalu fokus dalam masalah hama dan penyakit yang terjadi pada perkebunan mereka yang membuat semakin lama semakin habis perkebunan karet petani karena di serang oleh hama dan penyakit.

Perlunya pengembangan informasi serta pelatihan bagi petani karet swadaya agar mereka mampuh untuk lebih merawat tanaman mereka sehingga mendapatkan hasil karet yang lebih optimal. Serta memerlukan banyak pihak yang ikut berperan aktif dalam penyampaian informasi kepada petani karet di Indonesia.

Tags :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *