Masih Ada Asa di Bengkulu Utara
Oleh: Rahmat Kurniawan & Zulfa Amira Zaed
Matahari tepat berada di atas kepala ketika Iswanto membersihkan ladang jagung miliknya di Desa Tebing Kaning pada Sabtu (27/01).
Sambil mengusap keringat di dahi, Iswanto menatap hingga kejauan dengan nanar. Sebelumnya ini merupakan sawah. Desa ini memiliki potensi lahan pertanian pangan seluas 68 hektare.
Menanap jangung dan cabai adalah satu upaya petani mempertahankan ekologi di desanya di tengah masa kekeringan.
Kendati banyak lokasi sedang hujan bahkan hingga banjir, desa ini tak juga turun hujan bahkan lebih dari seminggu kekurangan air.
“Beberapa hari lagi jagung-jagung ini sudah bisa dipanen,” kata Iswanto hingga berkaca-kaca.
Kekurangan air bukan hanya karena sudah lama tidak turun hujan tetapi juga karena saluran irigasi primer yang sedang dalam perbaikan. Saluran irigasi tersebut biasa digunakan masyarakat Desa Tebing Kaning untuk mengairi sawah. Namun sudah tiga bulan pengerjaan saluran irigasi belum usai, sehingga petani yang biasa mengolah sawah menjadi terkendala.
Masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani mencari cara agar mereka tetap memiliki penghasilan.
Petani melakukan pola tanam intensifikasi dan diversifikasi lahan agar mendapatkan hasil yang optimal. Meski tak semua petani menanam jagung dan cabai secara serentak.
“Jagung yang saya tanam sudah berusia dua bulan. Harapan kami sebagai petani kecil, kami tetap memiliki penghasilan di tengah sulitnya air ini,” pungkas Iswanto.
Jagung dan cabai merupakan tanaman hortikultura yang tidak terlalu membutuhkan banyak air. Petani biasa menerapkan sekali siram dalam sehari. Volume air juga dapat diatur dan disalurkan melalui selang yang ditata melingkar di setiap lajur tanaman jagung.
Tak serumit padi yang membutuhkan banyak air dan tanah yang relatif lembab dan basah.
Bagi petani di Desa Tebing Kaning, bertanam tanaman pangan adalah mempertahankan ekologi dan keseimbangan alam. Bukan semata-mata menghasilkan pundi-pundi rupiah. Meski bisa saja alih fungsi lahan menjadi tanaman monokultur mereka pilih.*