APBML: Lingkungan Terjaga, Masyarakat Makmur
Oleh: Zulfa Amira Zaed
Kolam ikan yang diberikan bantuan bibit ikan oleh APBML, dikelola oleh Bumdes Taman Raja. (photo credit: Zulfa Amira Zaed/Setara Jambi)
Di bawah terik matahari, Bang Ar, demikian ia kerap disapa, membawa kami menyusuri kolam budidaya ikan yang dikelola oleh Pemerintah Desa Taman Raja.
Tanaman jagung terhampar diantara kolam ikan yang juga diselingi dengan terong dan tanaman hortikultura lainnya.
Ini adalah lokasi yang akan dijadikan agro wisata oleh Pemerintah Desa di bawah pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Taman Raja.
September lalu, Asosiasi Petani Berkah Mandah Lestari (APBML) yang diketuai oleh Ardiansyah, memberikan 15.000 bibit ikan untuk dibudidayakan di sini yang terdiri dari bibit ikan nila, lele, dan gurami. Spesies ini dinilai mudah untuk dipasarkan setelah panen.
“Ini adalah wujud bantuan sosial APBML untuk desa dalam mewujudkan ketahanan pangan. Mulai tahun ini kita akan bagikan manfaat ke luar daripada asosiasi kita. Agar lebih banyak yang menerima manfaat,” kata Ardiansyah.
Hamparan kolam ikan yang terbagi menjadi beberapa blok memantulkan sinar matahari siang itu. Tim Setara Jambi menemui Kepala Desa Taman Raja yang sedang duduk sembari bercengkerama bersama masyarakat yang mengelola kolam ikan.
“Di sini, kami merintis sebuah agrowisata untuk wisata alternatif. APBML terus memberikan dukungan, beberapa waktu lalu kami menerima 15.000 bibit ikan. Semoga ke depannya pemerintah desa bisa terus bersinergi dengan APBML,” kata Mawardi, Kepala Desa Taman Raja.
Selain memberikan bibit ikan kepada pemerintah Desa Taman Raja, APBML juga memberikan bibit ikan untuk Lubuk Larangan Tanjung Gelanggang yang berada di Desa Lubuk Lawas. Jenis bibit yang diberikan oleh APBML adalah ikan nila, masai, baung, dan siluang.
Adalah Anton Sukardi, yang menginisisasi terbuatnya lubuk larangan tersebut. Ia adalah petani swadaya sawit yang bergabung dengan APBML sejak tahun 2019 dari kelompok tani Mitra Mandiri Desa Lubuk Lawas.
“Lubuk larangan ini adalah bentuk tanggung jawab moral kami kepada lingkungan dan anak cucu,” kata Anton.
Ia berharap lubuk larangan yang ikannya hanya dapat dipanen pada periode tertentu ini menjadi upaya pelestarian lingkungan.
Anton juga menerapkan pengelolaan sawit berkelanjutan. Meski kini tanaman sawitnya telah berusia 15 tahun, namun dengan mengelola sawit secara berkelanjutan, ia berharap masih akan produktif paling tidak hingga berusia 20 tahun.
Rapat kerja oleh pengurus APBML didampingi oleh Setara Jambi di sekretariat Jalan Lintas Timur RT 005 Desa Taman Raja Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. (photo credit: Zulfa Amira Zaed/Setara Jambi)
Upaya petani swadaya kelola sawit berkelanjutan
Pembentukan APBML terbilang tak mudah. Ardiansyah memulai langkah pada tahun 2016. Ia menemui satu persatu petani yang berada di Desa Taman Raja dan sekitarnya untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya berasosiasi serta manfaat yang akan diperoleh petani swadaya sawit.
“Rata-rata petani di sini sudah mengelola kebun sawit sejak lama bahkan turun temurun. Butuh pendekatan persuasif sehingga para petani memahami manfaat dari berasosiasi. Bahkan ketika itu kita harus memulai door to door untuk mengajak petani bergabung,” kata Ardiansyah.
Tak hanya itu, Ardiansyah juga menemukan tantangan untuk merubah persepsi tentang pengelolaan kebun sawit.
“Yang paling sulit adalah menyamakan persepsi yaitu ketika kebun sawit dikelola sesuai dengan standar yang benar akan mampu mencukupi kebutuhan ekonomi meski baru memiliki 1 hektar lahan,” katanya lagi.
Berawal petani swadaya sawit dari satu desa, kini menjadi 8 desa yang tergabung dengan APBML yang terdiri dari 12 kelompok tani.
Desa yang tergabung adalah Desa Taman Raja, Pematang Tembesu, Suban, Lubuk Lawas, Lubuk Bernai, Gemuruh, Tanjung Tayas, dan Kelurahan Pelabuhan Dagang.
Sedangkan kelompok tani yang tergabung di dalam APBML adalah kelompok tani Dusun 1 dan 2, Lestari Tani Mandiri, Hijau Talang Lestari, Tayas Mandiri, Sejahtera 1 dan 2, Maju Bersama, Mandiri Sawit/Sejahtera Bersama, Mitra Mandiri, Berkah Sawit, dan Melawai Sejahtera.
Dengan total jumlah anggota sebanyak 349 anggota dan luas lahan 811 hektare, APBML melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kapasitas anggotanya dalam mengelola kebun sawit. Satu diantaranya adalah dengan memberikan pelatihan sawit berkelanjutan. Hal ini bertujuan agar sawit yang dihasilkan stabil dengan kualitas yang sesuai dengan standarisasi Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).
Setara Jambi menemui salah satu anggota APMBL, Muhammad Machfur, dari kelompok tani Lestari Tani Mandiri (LTM), Desa Pematang Tembesu. Ia menerapkan teknik pengelolaan kebun sawit dengan cara berkelanjutan.
“Semula kami hanya tahu menanam, memupuk dan pembersihan dengan cara yang tidak teratur, sekarang kami jadi tahu proses pemupukan yang benar mulai dari dosis dan rentang waktu pemupukan. Kami juga jadi tahu, jarak ideal dalam penanaman dan memanen buah di saat sudah benar-benar matang. Hal itu mempengaruhi hasil panen, jadi stabil bahkan cenderung naik,” kata Machfur.
Ia memanen buah saat benar-benar matang, yaitu setiap 15 hari sekali. Dalam 1 hektare lahan yang ia miliki, ia menghasilkan 1 ton TBS dalam sekali panen. Usia tanaman sawitnya saat ini adalah 7 tahun.
Ia menuturkan ketika ia memanen buah pada saat benar-benar matang, yaitu ketika buah berwarna merah, maka panen periode selanjutnya dengan rentang 15 hari akan mendapatkan buah yang matang sempurna juga.
Ia telah mempraktekkan pada saat memanen buah yang belum matang, ketika belum bergabung dengan APBML, ia tidak mendapatkan buah yang berkualitas.
Menurutnya, hal tersebut justru memforsir batang sawit. Ketika diambil belum matang, akan menggangu struktur tanaman, yang seharusnya buah masih menerima nutrisi, namun itu dipaksakan diputuskan proses fotosintesinya. Saat memotong pelepah yang masih mentah, pelepah tersebut akan terus mengeluarkan cairan.
Dalam proses pemupukan, Machfur biasa melakukannya setahun 3 kali atau 6 bulan sekali. Ia menggunakan pupuk kalium dan rock phospate secara bergantian, ia membutuhkan sebanyak 4 karung pupuk dalam satu hektare lahan. Harga pupuk per karung adalah 600 ribu rupiah, sehingga dalam sekali pemupukan, biaya yang ia keluarkan adalah sebesar Rp2.400.000.
Machfur merasakan manfaat ketika bergabung dengan APBML, tak hanya dari nilai materi tetapi juga solusi ketika menemukan kendala dalam budidaya sawit. Contohnya adalah saat ditemukannya ganoderma atau busuk pangkal batang yang disebabkan oleh jamur, maka mereka akan menggali sekeliling batang yang terinveksi agar tidak menyebar ke batang yang lain.
“Bijak adalah inti penyelesaian masalah dari setiap kendala. Bagi kami, tanaman akan kembali memberikan manfaat sesuai dengan cara kita memperlakukannya,” tutup Machfur.
Optimalisasi pemanfaatan dana kredit RSPO
Dengan didampingi Setara Jambi, Asian Agri, dan stakeholder lainnya, APBML terus berupaya meningkatkan kapasitas anggotanya. Tahun ini adalah tahun kelima APBML mendapatkan kredit RSPO. Total nilai kredit RSPO yang diperoleh APBML sejak tahun 2020 adalah sebesar Rp4.444.155.000.
Dana tersebut digunakan untuk membangun sekretariat APMBL yang berlokasi di Jalan Lintas Timur RT 005 Desa Taman Raja Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi serta kepentingan lainnya untuk menunjang kinerja APBML dan kegiatan sosial.
Untuk meningkatkan kemakmuran anggotanya, APBML memberikan apresiasi kepada anggotanya berupa nilai tambahan pembelian harga TBS sebesar 10 rupiah per kilo di luar harga jual TBS. Sedangkan untuk penjualan TBS, APBML memberikan kebebasan kepada petani untuk memilih pembeli, meski APBML juga mempunyai buyer tetap, berapapun jumlahnya tetap akan dibeli.
Sedangkan kemudahan yang diberikan kepada anggota mengenai pupuk adalah anggota dapat membeli pupuk dengan skema cicilan. Petani dapat mengambil pupuk terlebih dahulu kemudian membayarnya dengan cara dicicil dalam periode tertentu. Hal ini juga atas dukungan Asian Agri.
“Kami dari Asian Agri memberikan dukungan kepada APBML berupa pendampingan dan kredit pupuk. Pupuk yang dibeli petani anggota APBML, dapat dibeli dengan skema cicilan yang diajukan per tahun,” kata Gery, dari Asian Agri yang dijumpai tim Setara Jambi pada 23 September 2023 di sekretariat APBML.
Dana kredit RSPO yang diperoleh APBML tidak hanya digunakan untuk operasional dan bantuan untuk anggota tetapi juga untuk disalurkan menjadi bantuan sosial.
Diantaranya adalah dengan memberikan beasiswa untuk anak petani anggota APBML yang membutuhkan. Tahun 2022, APBML menganggarkan total senilai 72 juta rupiah untuk 72 orang.
“Tahun depan anggaran akan kita naikkan menjadi 100 juta yang kemudian sisa kuotanya akan dibagikan kepada siswa di beberapa desa,” imbuh Ardiansyah.
Tak hanya itu, APBML telah memberikan dana bantuan pendidikan kepada Pondok Pesantren Ar Rosyad yang berada di Desa Suban.
Untuk melindungi anggotanya, APBML menjamin keikutsertaan BPJS Ketenagakerjaan bagi anggota APBML. Hal ini ditanggung sepenuhnya oleh APBML untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk seperti kecelakaan kerja dan kematian. BPJS Ketenagakerjaan juga dapat diklaim pada periode tertentu sesuai dengan kesepakatan.
Sejak 2016, Setara Jambi memberikan pendampingan mulai terbentunya APBML hingga mendapatkan sertifikasi RSPO dan dana kredit RSPO yang dimanfaatkan untuk kemakmuran anggota APBML dan masyarakat sekitarnya.
Sambil menatap jauh dari posisinya berdiri, Bang Ar mengusap keringat sembari tersenyum.
“Bagi kami, Setara Jambi adalah pahlawan tanpa tanda jasa,” tutupnya.*