Pelatihan 1000 petani swadaya di Kecamatan Rimbo Ulu dan Tebo Ulu
Upaya peningkatan kapasitas pekebun menuju kelapa sawit berkelanjutan.
Penulis : Ali Suharjo
Petani kelapa sawit swadaya mayoritas mengelola kebunnya secara otodidak karena keterbatasan informasi dan kesempatan belajar. “Selama ini kami nanam sawit itu ya otodidak nengok tetangga nanam ya nanam, nengok tetangga mupuk ya ikut mupuk. Ternyata setiap kebun itu beda – beda kebutuhan pupuknya, tidak semua rumput harus dibasmi, juga tidak boleh pake semprot sembarangan apa lagi sampai meracuni sungai, Alhamdulillah kami mendapatkan pelatihan, ini sangat berguna, kami pun baru tahu apa itu sawit berkelanjutan” ungkap Pak harno, salah satu peserta pelatihan dari Desa Sumbersari, Kecamatan Rimbo Ulu.
Pada umumnya petani swadaya memang mengembangkan perkebunan kelapa sawit dengan pengetahuan seadanya, berbekal pengetahuan yang didapat dari orang tua (mereka yang merupakan petani generasi kedua transmigrasi Perkebunan Inti Rakyat), pengetahuan otodidak dari melihat tetangga, pengetahuan pegalaman karena pernah bekerja di kebun perusahaan kelapa sawit. Ringkasnya masih sedikit petani swadaya yang memiliki pengetahuan memadai tentang budidaya kelapa sawit yang baik dan ramah lingkungan.
Oleh karena itu Yayasan Setara Jambi bersama pemerintah Kabupaten Tebo dengan di dukung oleh SPOI UNDP melakukan serangkaian pelatihan Pertanian Kepala Sawit Berkelanjutan kepada 1000 petani swadaya di Kecamatan Rimbo Ulu dan Tebo Ulu. Pelatihan yang melibatkan 19 local trainer (pelatih lokal) tersebut direncakan berjalan selama 45 hari dimulai pada Tanggal 5 Juli 2023. “Dalam pelatihan ini kami melibatkan 19 local trainer, yang sebelumnya sudah mendapatkan Training of Trainer (ToT) pada bulan maret lalu dari TUV, DIRJENBUN dan Trainer RSPO. Targetnya 1000 petani terbagi dalam 40 kelas rencananya akan berlangsung sepanjang Juli dan Agustus 2023, pelatihan sudah berjalan sejak 5 Juli, per hari ini telah dilakukan pelatihan sebanyak 14 kelas atau 355 orang petan” kata Abu Amar, Sustainability Palm Oil Manager – Yayasan Setara Jambi.
Materi pelatihan yang disampaikan yakni tentang prinsip dan kriteria kelapa sawit berkelanjutan (ISPO dan RSPO), kesetaraan gender, pengelolaan kebun yang baik (GAP), pengelolaan areal konservasi (HCV), kelembagaan dan penerapan keselematan kerja (K3 & B3). Dalam satu kelas pelatihan materi pelatihan disampaikan secara marathon dan terjadwal selama 4 hari. “Untuk teknis pelaksanaannya, dalam satu kelas materi – materinya akan disampaikan selama 4 hari. Hari pertama itu pengenalan sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan ISPO – RSPO dan kesetaraan gender. Hari ke dua tentang GAP (perawatan kebun, pemupukan, penangan hama penyakit). Hari ke tiga pelatihan pengelolaan areal HCV dan kelembagaan petani. Hari ke empat pelatihan tentang K3 dan B3 kemudian dilanjutkan dengan kunjungan kebun. Dalam kunjungan kebun tersebut petani belajar bersama mengidentifikasi defisiensi unsur hara dengan melihat secara visual.
Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar dan terluas di dunia. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementrian Pertanian Republik Indonesia pada Tahun 2019 luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 16,38 Juta Ha. Sebanyak 41% perkebunan kelapa sawit di tanah air dimiliki oleh petani swadaya. Ini menjadikan petani swadaya memiliki peranan yang penting dalam rantai pasok kelapa sawit di Indonesia.
Di Kabupaten Tebo disebutkan terdapat 61.476 hektar perkebunan kelapa sawit pada tahun 2020, menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten, dengan produksi CPO tahunan mencapai 126 ton. Produksi diperkirakan akan terus meningkat, terutama didorong oleh konversi kebun karet lama menjadi perkebunan kelapa sawit. Luas kebun kelapa sawit di Tebo diperkirakan akan terus bertambah, oleh karena itu perlu ada dukungan semua pihak untuk memberikan edukasi agar petani swadaya memiliki pengetahuan dan kesadaran bahwa kelapa sawit memerlukan tata cara yang tepat untuk meningkatan produtivitasnya dan perlu memperhatikan aspek lingkungan di dalam pengeloaanya.
Dengan melibatkannya petani sebagai pelatih/trainer, harapannya lokal trainer ke depannya mampu menjadi contoh/panutan bahkan sebagai penyuluh swadaya bagi kelompoknya sendiri ataupun bagi petani-petani lainnya yang ada di desa dimana mereka tinggal.