Seperti yang kita ketahui, bahwa adanya dampak
negatif dari penggunaan pupuk kimia, maka dibutuhkan teknologi alternatif untuk
menggantikan bahkan meningkatkan produksi pertanian yang lebih aman. Sekarang
ini banyak alternatif teknologi yang memungkinkan untuk dikembangkan dan relatif
aman untuk lingkungan, seperti
pemanfaatan Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (PGPR).
PGPR adalah bakteri pemacu pertumbuhan
tanaman. Bakteri yang terdapat dalam PGPR adalah sejenis bakteri yang biasa
hidup di akar tanaman dan mampu mengikat nitrogen bebas dari alam. Bakteri ini
sendiri berfungsi untuk memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap jamur pathogen serta menyuburkan tanah.
Yayasan Setara Jambi mencoba memulai langkah
awal yang baik bersama beberapa petani di Desa Pasar
Terusan, Kecamatan Muaro Bulian, Kabupaten Batanghari dengan pembuatan PGPR (pupuk
cair) dengan menggunakan bahan dasar akar bambu kuning. Untuk akar bambu
sendiri lebih disarankan menggunakan akar bambu kuning, dikarenakan lebih
banyak mengandung bakteri rhizobakteria dibandingkan bambu hijau.
Saat
ini belum ada standar takaran khusus untuk penggunaan masing-masing bahan. Tapi
biasanya untuk pembuatan 100 liter, memerlukan minimal 2refensi Adapun
bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan PGPR antara lain :
-
100 liter air
-
2 Kg akar bambu/biang
-
2 Kg dedak
-
1 Kg terasi
-
2 Kg gula pasir / gula
merah
Cara
membuat :
Masak air dalam tungku/wadah/drum hingga mendidih. Kemudian campurkan semua bahan (kecuali akar bambu) dan rebus kurang lebih selama 1 jam. Lalu setelah dingin, campurkan akar bambu yang telah direndam selama 1 x 24 jam sebelumnya. Setelah itu pindahkan kedalam drum atau wadah dan tutup rapat, untuk didiamkan atau fermentasi selama 2 minggu.
PGPR yang telah di fermentasikan selama 2 minggu, sudah dapat langsung diaplikasikan untuk tanaman. Baik itu untuk tanaman padi, hortikutura bahkan tanaman perkebunan. Tentu dosis dan frekuensi pengaplikasiannya berbeda-beda tergantung jenis dan umur tanaman. Seperti halnya penggunaan pada fase pembenihan/penyemaian, sebagai pemupukan dasar, pemupukan susulan I, pemupukan susulan II, dan juga untuk pemupukan rutin tiap minggu atau bulanan. Namun umumnya acuan dosis yang dipakai biasanya adalah 1 liter PGPR untuk 15 liter air (1 : 15).
Dari kegiatan ini, diharapkan mampu
dimanfaatkan dan di aplikasikan lebih banyak oleh teman-teman petani. Karena
dengan penggunaan PGPR sebagai salah satu pupuk cair, tentu mampu menekan biaya
usahatani serta secara langsung memulai pertanian yang sehat dan ramah
lingkungan. Bahkan dibeberapa tempat, PGPR sendiri sudah menjadi unit usaha
petani. Petani bermitra dengan perusahaan perkebunan dan menjual PGPR dalam
produksi yang telah ditentukan. Bahan untuk pembuatannya pun sangat mudah
didapatkan, murah dan bisa dicoba dalam skala kecil.
Sebagai
catatan, tanda bahwa pembuatan PGPR berhasil yaitu setelah 2 minggu di
fermentasi, bau atau aroma PGPR akan seperti bau tape. Ini menandakan bahwa
bakteri yang terkandung aktif dan berkembang.
Tulis Komentar