1.
Berawal dari upaya proteksi areal pangan dari ancaman alihfunsi
Kabupaten Batanghari terletak di bagian Timur
Provinsi Jambi, memiliki luas wilayah 5804,83 KM2 Dengan
jumlah penduduk 241.334 Jiwa.
Sebagai besar masyarakat tinggal di wilayah
pedesaan dengan menjadikan pertanian sebagai sumber penghidupan utama.
Komoditas pertanian yang dikembangkan adalah karet dan kelapa sawit. Dengan
perbandingan gambaran luasan area sebagai berikut :
Kelapa sawit : 90.455,57 ha Hektar [i]
Karet : 75.148 hektar
Sawah : 8500 Hektar (dan sebagian dari luas
ini telah beralihfungsi menjadi kelapa sawit, karet dan pemukiman).
Selain mengembagankan perkebunan karet dan
kelapa sawit, beberapa desa juga masih mempertahankan pertanian pangan, berupa
padi, singkong, buah-buahan ataupun sayur mayur yang berusia pendek. Meskipun
pada dasarnya kegiatan pertanian pangan dipertahanakan dan dikembagkan untuk
kebutuhan kosumsi keluarga, namun saat ini di beberapa kelompok tani mulai
terbangun kesadaran pengembangan pertanian tidak hanya bertujuan untuk konsumsi
keluarga akan tetapi juga menjadi target penambahan pendapatan ekonomi
keluarga. Misalnya dengan memperbaiki budidaya, meningkatkan produksi dan membangun
akses pasar.
selain pertanian pangan usia pendek (crop)
masyarakat juga berupaya mempertahankan tanaman buah tahunan musiman seperti
Durian, Duku, Manggis, Rambai, Cempedak dan buah local lainnya. Meskipun
dalam lima tahun terakhir buah local yang secara umum masih merupakan tanaman
warisan mengalami banyak penurunan populasi karena serangan hama yang belum
diketahui penyebab dan cara penanggulangannya seperti durian dan duku. Pada
tahun lalu di Kabupaten Batanghari ditemukan lebih dari 300 pohon duku yang
tiba-tiba mati dengan gejala yang sama di banyak desa.
Pada tahun 2015, kelompok masyarakat dari tiga
desa di Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari telah berhasil untuk mendorong
pemerintah kabupaten Batanghari membentuk Peraturan Daerah perlindungan lahan
pertanian pangan yang terbangun atas gejolak petani akibat diterbitkannya izin
perkebunan seluas 900 Hektar di atas lahan pertanian pangan masyarakat, upaya
ini berhasil dilakukan setelah proses panjang yang dimulai dari adanya
penolakan petani terhadap izin perkebunan kelapa sawit swasta di wilayah
tersebut.
Munculnya kesadaran tentang ancaman dan bahaya
alihfugsi lahan pangan menjadi kelapa sawit ataupun peruntukan lain sedikit
banyak telah mempengaruhi desa-desa lain dan pemerintah level kabupaten untuk
mulai menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melakukan penerbitan izin
perkebunan, dengan satu langkah baik dengan melibatkan Dinas Pertanian Pangan
sebagai pihak yang melakukan verifikasi areal sebelum izin diterbitkan.
Kebijakan ini cukup signifikan menekan terjadinya alihfungsi lahan pertanian
pangan menjadi kelapa sawit ataupun peruntukan lain di Kabupaten Batanghari.
2. Merintis usaha kecil
berbahan pangan untuk meningkatkan sumber penghidupan
Tiga desa di Kabupaten Batanghari telah
melakukan beberapa upaya proteksi, produksi dan distribusi pada sektor
pertanian pangan, melakukan proteksi dengan menerbitkan peraturan desa
perlindungan lahan pertanian pangan, meningkatkan produksi dengan melakukan
upaya perbaikan tata kelola lahan dan budidaya dan membangun system penjualan
hasil pertanian dengan cara berkelompok lalu menyasar konsumen tanpa melalui
perantara (toke).
1. Petani menyasar konsumen untuk memilih dan
mencintai beras local
Di Desa Terusan dan Pasar Terusan memiliki
sawah seluas 1000 Hektar, secara tradisi masyarakat melakukan kegiatan
pertanian padi dengan turun-temurun, sehingga muncul istilah “Malu membeli
beras” dengan menjaga tradisi ini
seluruh masyarakat desa Pasar Terusan dan Terusan mengembangkan lahan
pertaniannya secara tradisonal, dengan menggunakan bibit local dan tidak
bergantung pada supply pupuk dan bahan kimia. Namun sayangnya beras dari sawah
yang luas tidak ditemukan di pasaran, karena selain mempunyai jargon “Malu membeli
beras”, petani juga memiliki
pemahaman ”Pantang menjual beras” menjual beras sama dengan menunjukkan bahwa kita miskin, sementara
petani mempunyai kebun karet sebagai sumber pendapatan utama untuk memenuhi
kebutuhan pokok lainnya seperti sandang, pakaian dan pendidikan. Baiknya
tradisi ini karena meyakini bahwa dengan bertani padi kita tidak akan pernah
kelaparan karena selalu tersedia padi dan beras di setiap rumah-rumah warga,
akan tetapi sisi negatifnya adalah pertanian pangan tidak dilihat sebagai salah
sumber pendapatan yang potensial untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
Oleh karena itu dengan proses edukasi cukup
panjang, dan terjadinya penurunan harga karet petani dalam waktu yang cukup
panjang, sedikit banyak telah membangun kesadaran sebagian petani untuk
menjadikan sektor pertanian pangan sebagai alternative sumber pendapatan untuk
meninkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Dimulai tahun 2017 kelompok tani
PinangSetingkil Desa Pasar Terusan telah melakukan penjualan beras local,
dengan menyasar konsumen perkotaan dan perusahaan yang berada tidak jauh dari
desa, mengapa masyarakat perkotaan, karena meskipun beragam besar dari berbagai
daerah telah tersebar luas dengan beragam jenis dan merk akan tetapi tingkat
pendidikan dan kesadaran masyarakat perkotaan mulai terbangun untuk memilih menngkonsumsi
beras sehat tanpa pemutih dan pengawet, dengan kemajuan masyarakat perkotaan
harapannya dapat mendukung petani local dengan membeli dan mencintai beras
local produk petani Kabupaten Batanghari. Selain itu juga sasaran awal adalah
kalangan pemerintah dan kelompok masyarakat civil. Dengan upaya ini,
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berpihak kepada petani dengan membeli
prodaknya diharapkan mampu meningkatkan semangat petani, tentu tidak hanya
petani di Kabupaten Batanghari, tapi juga petani di seluruh wilayah propinsi
Jambi untuk terus mengembagkan lahan dan meningkatkan produksi berasnya karena
telah menjadi incaran dan andalan masyarakat Jambi.
2.
Mengolah Durian menjadi
Tempoyak, mengolah Tempoyak menjadi makanan local pilihan masyarakat
Durian merupakan salah satu tanaman local,
buah-buahan yang berbuah musiman yang cukup banyak di Kabupaten Batanghari.
Jika pada musim buah, durian akan ditemukan banyak sekali di pedesaan sampai
perkotaan dengan harga yang murah. Masyarakat Jambi mengenal durian tidak
hanya sebagai buah yang dapat dikomsumsi secara langsung, akan tetapi
masyarakat Jambi juga mengenal durian dalam bentuk olahan yang disebut
dengan Tempoyak,
yaitu pregmentasi buah durian yang dapat digunakan sebagai bahan untuk memasak
ikan dan lauk pauk. Selama ini menu masakan Tempoyak telah ada di beberapa
rumah makan khususnya rumah makan khas Jambi. Untuk membuat Tempoyak mudah
diproleh akhirnya dibangun inisiatif pengolahan tempoyak kemasan oleh kelompok
perempuan Desa Simpang Karmeo. Dengan membuat prodak sambal tempoyak ikan teri
dan bumbu instan tempoyak yang dikemas secara praktis dengan merk Tempoyak
Karmeo. Usaha kecil tempoyak ini telah mendapatkan legalitas dagang dalam
bentuk P-IRT dan Sertifikat Halal MUI.
Tempoyak Karmeo telah menjadi produk local
yang diakui oleh pemerintah, selalu tampil dalam setiap event pestival ataupun
basar pameran yang dilakukan oleh pemerintah ataupun pihak swasta, telah mulai
dikenal di beberapa kalangan masyarakat, khususnya perkotaan provinsi Jambi dan
telah diperkenalkan untuk menjadi salah satu pilihan makanan oleh-oleh.
Usaha kecil tempoyak ini telah memproduksi
tempoyak rata-rata 70-100 botol setiap bulannya, dengan harga bervariasi Rp.
25.000 dan Rp. 35.000.
3.
Memanfaatkan musim banjir
dengan mengolah ikan musiman menjadi kerupuk
Banjir adalah satu musim secara rutin terjadi
di bebebapa wilayah pedesaan, setiap musim banjir selalu berlimpah ikan sungai
sehingga tidak habis untuk dikonsumsi, oleh karena itu kelompok ibu-ibu desa
Pasar Terusan berinisiatif mengolah ikan segar endemic sungai ini untuk dioleh
menjadi kerupuk yang gurih. Sayangnya kerupuk yang telah dipasarkan dengan
harga terjangkau sedikit mengalami kendala jika musim banjir berakhir, karena
kelompok usaha kecil harus membeli ikan dengan harga lebih tinggi sehingga
mendapatkan keuntungan yang jauh lebih sedikit dibandingkan pada musim ikan
banjir. Kelompok Mok Pik dapat mampu meraih omset hingga 5-7juta setiap
bulannya pada musim banjir. Usaha kecil ini merupakan usaha sampingan selain
sebagai petani karet dan petani padi. Kegiatan usaha ekonomi kecil ini
dirasakan sangat membantu penghidupan keluarga.
3. Ringkasan dan Rencana
Tindak Lanjut
Pada dasarnya upaya untuk meningkatkan
produktivitas pertanian pangan dan mendorong inovasi untuk usaha kecil
dilakukan sebagai upaya untuk menggali potensi SDA yang tersedia di
tengah-tengah masyarakat agar terbangun kesadaran bahwa sesungguhnya terdapat
banyak sekali potensi pertanian yang dapat dikembangkan untuk menjadi sumber
pendapatan masyarakat pedesaan, tidak hanya kelapa sawit, seperti yang selama
ini banyak diyakini. Dengan terbukanya pemikiran untuk menggali dan
mengembangkan sektor pertanian dengan ragam komoditas diharapkan terciptanya
penataan ruang kelola yang beragam dan seimbang. Karena desa adalah sejatinya
adalah tempat sumber tanaman, baik pertanian pangan maupun perkebunan. Saatnya
membangun keterhubungan antar petani sebagai produsen dengan masyarakat luas
sebagai konsumen tanpa ada jarak pembatas, rantai pasok yang panjang yang
selama ini menjadi gape antar petani dan konsumen, sehingga tercipta marjin
keuntungan yang tinggi yang hanya berpihak kepada pengusaha pemilik modal.
Dengan terbukanya pintu, terjalinnya hubungan relasi yang baik antar produsen
dan konsumen secara langsung khususnya dalam komoditas produk pertanian pangan,
harapannya terbangun keselarasan, petani mampu memproduksi pangan yang sehat
dan berkualitas sesuai kebutuhan konsumen dengan harga yang baik dan
masyarakat selalu konsumen mudah mendapatkan kebutuhan pangannya dengan
kualitas dan harga yang terjangkau. Tentu tidak lah muda akan tetapi dengan
inisatif kecil yang dilakukan oleh banyak orang secara konsisten tentu akan
bermuara kepada perbaikan tataniaga dan tata kelola SDA yang lestari.
Karena usaha kecil yang dibangun berangkat
dari hasil identifkasi potensi SDA yang tersedia dengan cara sederhana, karena
itu kedepan dibutuhkan peningkatan pengetahuan tentang pengelolaan atau
produksi pangan yang sesuai standar pengolahan makanan, juga dibutuhkan peningkatan
kapasitasn dalam strategi pemasaran dan managemen usaha yang baik. Sehingga
usaha kecil benar-benar dapat berkembang dengan hasil yang signifikan dan
menjadi contoh bagi banyak kelompok masyarakat lainnya.
[i] Data Dinas Perkebunan Kabupaten
Batanghari tahun 2018
Tulis Komentar